Saturday 30 June 2018

2015 Myanmar Trip #4


[ 05:00AM in Bagan] 

Taxi! Taxi! Taxi?

                  Dengan agresif sedikit beringas, para supir taksi yang mengenakan jaket-jaket hitam tebal mengerubungi semua penumpang yang keluar dari dalam bus dini hari tersebut. Jauh dari perkiraan, bus yang kami naiki dari Yangon selama hampir delapan jam tersebut ternyata sampai lebih awal —jam 4 subuh waktu setempat. Stasiun bus tersebut hanya diterangi oleh beberapa lampu tinggi jalanan, hanya terlihat beberapa bus yang parkir di area tersebut. Dengan suasana yang gelap dan sepi, udara yang dingin menusuk tulang, ditambah kerubungan supir-supir taksi yang berebutan untuk ditumpangi membuatku sedikit merasa takut. Anid yang sadar akan situasi kemudian menarik tanganku bergerak ke arah supir bus.

 “Excuse me, how do we go to this place?” Anid menyodorkan secarik kertas berisi alamat hotel yang ia keluarkan dari saku jaket. Supir bus ini kemudian mengangguk-angguk seakan mengenal lokasi tersebut. Ia kemudian diajak bicara oleh supir-supir taksi dalam bahasa Myanmar yang ingin direkomendasikan. 
New Park Hotel is not really far from here. Maybe you prefer to take a cab?”
“Not taxi. Do we have another choice?” Sambil setengah bersin dan sedikit pusing aku bertanya sambil menatap ngeri ke arah supir-supir beringas tersebut. Wajah mereka sebenarnya tidak seram, namun mereka mengikuti kemanapun kami bergerak, bahkan mereka ikut menjulurkan kepala dari arah belakangku ketika aku mengeluarkan handphone dari saku. Kepo dan agresif, itulah deskripsi singkat mengenai mereka. 

Aku dan Anid bergerak keluar area menuju ujung jalan, mencari kendaraan alternatif selain taksi. Aku yang masih setengah sadar karena ngantuk dan sedikit flu hanya mengikuti Anid dari belakang. Supir-supir taksi yang tidak berbahasa Inggris tersebut seperti mengucapkan sesuatu yang kami tidak mengerti, namun terlihat seperti mengajak. Tiba-tiba di hadapan kami ada sesuatu berukuran dua kali badan manusia bergerak dari kegelapan. Meringkik keras.





      Kuda!

Ternyata di Myanmar, penduduk lokal memiliki kendaraan konvensional seperti delman di Indonesia. 

Selama berada di Bagan, saya dan Anid naik delman mengelilingi kota Bagan. Kami berhenti sesekali di berbagai pagoda dan candi, juga sempat berhenti di satu pasar tradisional yang menjual keramik, batu-batuan, dan cinderamata lainnya. Selama kami berada di dalam, Supir delman akan menunggu di depan pintu masuk setiap tempat yang kami datangi. 







Facts: biaya naik delman/horse carriage untuk berkeliling seharian penuh (tergantung berapa destinasi yang dikunjungi) adalah 15,000 Kyat. Setiap memasuki kawasan Bagan, pengunjung asing akan dikenakan charge 21,000 Kyat atau kurang dari 20 USD dan mendapat tiket masuk yang harus selalu dibawa kemanapun berada (seperti passport/visa). 



No comments: