-->
Selama ‘berkelana’ menggunakan delman ala Bagan, saya dan Anid sempat
berhenti di beberapa pagoda dan berkeliling di dalamnya, bahkan menaiki atap
beberapa candi, seperti candi Sulamani dan Dhammayangyi. Ada
beberapa candi yang masih digunakan sebagai tempat beribadah, ada juga yang
hanya berfungsi sebagai monumen yang diizinkan untuk menarik pelancong yang
ingin mengabadikannya dalam foto.
Disini, banyak gadis dan bocah-bocah lokal Bagan yang berjualan aksesoris
seperti gelang dan kalung, serta berbagai cenderamata lainnya di sepanjang
lorong candi dan di pintu masuk. Tidak sedikit dari mereka yang menawarkan diri
untuk menjadi tour-guide dadakan dan menemani pengunjung berkeliling di
candi tertentu yang dekat dengan tempat mereka berjualan, salah satu strategi
hebat untuk menarik pengungjung tersebut untuk mampir di kedai dagangan dan
membeli. Saya dan Anid tertipu oleh salah seorang dari gadis tersebut, yang
menjual sebuah gelang (katanya sih ‘ limited edition desain’) dengan harga di
atas normalnya harga kebanyakan jenis gelang biasa di Myanmar. Belakangan saya
sadar ketika sudah berkeliling semua candi, ternyata gelang dengan jenis sama
dijual dimana-mana. Lesson learned!
No comments:
Post a Comment