Friday 15 January 2021

Sekelumit catatankuh tentang Ilmu Parenting Webinar Pagi Ini..

Wah bener bener nih, udah lama banget ya gak ngeblog!

Saking sibuknya nonton drakor ngurus anak, ku gak sempat lagi buka laptop, boro boro ngeblog deh. Tapi hari ini turns out I want to share something important dan rasanya gak afdol nih klo gak dicatet, masi parenting-related nih sama yang aku lakukan dalam keseharian belakangan ini. Maka sekalianlah ku-share di blog ini ya. Mind my language and grammar, karena udah lama gak ngelatih pikiran untuk menulis lagi mungkin banyak kekeliruan dalam pemilihan bahasa. 

Tapi sesibuk-sibuknya mahmud ini, mahmud masi sempet lah ngecek sosmed dan kebetulan banget sampe pada satu Ad yang ngajakin mahmud untuk daftar webinar tentang parenting. 




Mungkin banyak yang sering denger akan istilah Golden Age, atau kalo dibahasa Indonesia-kan Masa Emas yang dikisarkan dari umur sejak lahir hingga anak berusia 5 tahun. Masa ini sangat meaningful sekali, dimana pada masa-masa ini akan menentukan kepribadian dan cara pandang hidup seorang sampai nanti-nantinya ketika seseorang tsb telah dewasa. Orangtua sebagai pendamping terdekat dalam diri anak sangat berperan penting dalam masa emas ini, maka disinilah kita mulai pembahasan apa aja sih yang seharusnya dan tidak seharuskan kita lakukan dalam mendidik mereka di usia emas ini. 

Sorry nih kalo mahmud ngomongnya rada belepotan, maklum ye langsung ngetik dan buru-buru ngepost tanpa ngecek dulu khawatirnya si bocah udah keburu bangun dari bobo siangnya. berikut yang mahmud catet dari webinar pagi yang cukup singkat tsb: 

  1. Pahami dulu nih Tahap-tahap perkembangan Anak . Ini banyak banget sih sumbernya, tinggal tanya mbah gugel juga keluar semua ulasan bahkan yang versi simpelnya dalam bentuk list. Setiap umur selalu ada perkembangan spesialnya ya, kita kudu tau dan cek perkembangan anak. Siapa tau ada yang kelewat, eh baru sadar belakangan kalo anak kita tuh gak bisa ini dan itu. Nah penting sih buat melek akan hal ini sebelum terlambat. 
  2. Wajib bikin Daily Routines, jadwalkan dan rencanakan kegiatan buah hati anda dari bangun pagi sampai dia bobo malam. Ini penting untuk melatih dia berdisplin, dan menjadikan anak sbg pribadi yang adaptif. Dengan adanya rutinitas juga lama kelamaan dia akan mengerti dan beradaptasi seiring berjalannya waktu. 

  3. Bikin aturan sendiri dalam rumah. Contohnya, waktu mandi jam berapa, jangan sampai udah keburu adzan Magrib anak masi main di luar. Bicarakan dari awal mungkin susah ye, namanya anak kecil kan belum faham aturan. Caranya harus diperkenalkan dari awal, mulai dari aturan itu sendiri, reward dan punishment serta membuat mereka memahami konsekuensi dari tidak menurut terhadap aturan tersebut. Segala aturan berawal dari rumah ya.. 
  4. Kenalkan dan ajarkan anak beragam emosi. Mulai dari rasa happy, sedih, kecewa, takut, semangat, galau, dll semuanya penting untuk diketahui anak sehingga ia akan siap ketika bersosialisasi secara personal dengan orang lain di masa mendatang. 
  5. Mulai ajak dia untuk melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Life Skill, tentunya disesuaikan dengan usia tahap perkembangannya. Ajarkan juga berbagai keterampilan secara bertahap, seperti minum dengan sedotan hingga minum dengan gelas pegang sendiri, makan dengan sendok atau dengan tangan langsung, memakai sepatu, merapikan mainan, dan sebagainya. 
  6. Jangan lupa challenge anak secara rutin. Tentunya sesuai tahap tumbuh kembangnya, berikan ia ruang dan waktu untuk melakukan sesuatu sendiri tanpa dibantu. Ini penting sekali untuk menjadikan anak lebih eksploratif serta mendorong keingintahuannya. Orangtua boleh aja membimbing, tapi ulurkan tangan hanya ketika anak mulai meminta bantuan. Dukung anak dengan berbagai latihan, dan jangan lupa beri apresiasi setelahnya.
  7. Terapkan komunikasi yang efektif. Nih buat mak dan bapak yang masi sibuk sama hapenya, tulung yaa kalo lagi ngomong sama anak taro dulu hapenya. Tatap mata anaknya dan be a mindful listener. Dalam peran kita untuk menata dan mengelola emosi anak, kita harus perhatikan ketika anak berkomunikasi. Klo nyambi main henpon gimana bisa liat bahasa tubuh nya kan? Bahkan nada dan intonasi bicara anak juga harus diperhatikan dan dipelajari ya, demi tata kelola emosinya yang baik. 
  8. daaaan yang paling penting sekali harus diketahui oleh kita sebagai orangtua adalah menghargai proses. Hasil memang penting tapi proses ini menentukan bagaimana cara pandang anak terhadap kita, dan dari kita juga mereka akan belajar menghadapi hidup ini #tsaelah eh tapi bener oh, buat aku pribadi nih, sedikit banyaknya ku sering terinspirasi dari didikan orangtua sendiri. Kalopun ada yang sekiranya salah, ya kita bisa belajar untuk tidak mengulanginya kan? Jadi orangtua pun tetap tidak ada yang sempurna, termasuk diri ku ini. Semua ada prosesnya :) 

Sungguh sebenernya aku banyak introspeksi diri ketika mendengar uraian di atas, semoga bermanfaat ya buat kamu yang juga sbg orangtua atau calon orangtua. 

Semangaaaat <3

 

Sunday 1 July 2018

Catatan Akhir Tahun 2017 (Repost)


Ini catatan yang saya tulis akhir tahun 2017 lalu dan di-post dalam blog tumblr (yang sekarang sudah di-block penggunaannya di Indonesia) 


image source: Thought Catalogue 


Jangan pernah lari dari masalah, hadapi dengan berani.

Tidak pernah sekalipun saya memaknai arti dari sebuah kejadian sebegitu seriusnya, hinggalah pada tahun 2017 ini. Sedikit spesial dibanding tahun-tahun sebelumnya, beberapa insiden besar yang terjadi di sepanjang 2017 berhasil merubah cara pandang saya terhadap lingkungan sekitar dan hidup yang saya jalani. #Tsaaah.

Maaf loh kalo postingan kali ini agak sedikit baper. Banyak baper deh, tidak sedikit.  

Awal tahun ini ada satu kejadian yang nggak mungkin SEJELAS ITU saya ceritakan disini, tapi efeknya sangat besar dalam hidup saya. Saya sempat ‘kabur’ dari yang namanya berhadapan dengan masalah. Saya kemudian mencari tempat ‘perlindungan’ kepada orang-orang yang yang saya anggap tulus ingin membantu. Saat itu saya berada pada posisi yang lemah, tidak berani untuk membuat keputusan tegas, dan membuat banyak orang kecewa.

Saya berada di posisi yang sulit karena masing-masing pilihan yang yang saya punya saat itu tidak bisa memuaskan hati semua pihak. Padahal, pihak-pihak tersebut sangat peduli dan concern terhadap saya. Namun yang saya sadari, mereka tentu memiliki pendapat dan orientasi yang berbeda pula.
Lebih parahnya, mereka secara sadar-tidak sadar memaksakan keinginan mereka terhadap keputusan yang seharusnya ada di tangan saya. Dengan segala latar belakang yang berbeda saya tetap menghormati mereka, tapi ketika mereka mulai menekan saya untuk segera membuat keputusan tanpa memahami posisi sulit yang saya tengah hadapi, it kills me.

Saya kemudian kabur, melarikan diri dari mereka semua. Literally kabur. I packed all my stuff, leaving from one city to another, visit my old friends and relatives –semua mereka yang nggak ada hubungannya dengan masalah tadi. I was sad, heart broken, depressed, had no job, had no enough money, but still I tried my best to hide it and made myself happy along the way. To think about it again, I feel proud of myself. Karena hingga detik ini, saya masih hidup dan Alhamdulillah feeling totally relieved.


Nggak. Pada poin ini udah nggak ada #Tsaaah lagi. Ini udah mulai serius.

Guys, melarikan diri nggak akan bisa menyelesaikan masalah. You can never please anyone. Kutipan klise yang sering kalian dengar ini benar adanya loh. Maka yang sebaiknya saya lakukan dari awal adalah berani bertindak tegas dan menjadi diri saya sendiri. Ada saatnya kita mendengar pendapat orang lain, tapi cukup jadikan itu sebagai masukan untuk diri sendiri. Yang tahu diri kita ya kita sendiri. Yang akan merasakan konsekuensinya nanti ya diri sendiri. You need to be responsible for your own life. You do good? Good things will come in your way eventually. You do bad? Tunggu aja akibatnya.

Sejujurnya dalam kasus ini, saya tidak melakukan suatu perbuatan yang jahat, hina, keji dan semacamnya. Engga gitu juga sih. Tapi ya itu tadi ya, kesalahan saya adalah melarikan diri. Saya terlalu takut untuk membuat keputusan secara tegas dan tidak menjadi diri sendiri. Saya terlalu banyak menjadikan pendapat orang lain sebagai acuan dalam hidup, padahal sama halnya dengan saya, mereka juga tidak sempurna. Saya juga terlalu takut untuk mengecewakan berbagai pihak, hingga saya memutuskan untuk tidak memberi jawaban. Pada poin ini saya merasa sebagai orang yang pengecut, lemah, dan yang paling parah, saya kehilangan percaya diri.

Dan percayalah, ketika kamu kehilangan rasa percaya diri, rasanya tuh nggak enak. Suer, nggak enak.

All my life I’ve always knew that I was born sebagai orang yang kepedean, jadi ketika mulai ngerasa krisis pede kya gini, rasanya tuh gimanaa gitu ya..


Sejak insiden tersebut berlangsung hingga akhir tahun ini saya masih belum bisa move on. Saya depresi, hilang arah, dan mulai meragukan semua aspek dalam hidup saya yang paling penting, termasuk karir dan anggota keluarga. Saya ingin kabur dari hidup yang dijalani, tapi bunuh diri bukan suatu keputusan yang bijak. Jadilah sepanjang tahun ini saya seperti orang yang hidup tapi jiwanya mati. Semua orang bisa melihat perubahan itu, termasuk rekan-rekan kerja saya, bos, orangtua, adik, dan para sahabat. Mau curhat sama siapa? Saya juga bingung siapa yang bisa saya percaya..
Pertanyaannya, bagaimana saya bisa lepas dari semua masalah ini?

Kembali ke Tuhan. 




Saya ingat di awal tahun 2017 lalu semua orang berlomba-lomba membuat resolusi tahun baru, saya juga nggak kalah ketinggalan membuat berbagai planning. Tidak lupa saya berdoa, minta sama Allah SWT untuk dijadikan manusia yang lebih kuat dan lebih baik dari tahun sebelumnya.
Kemudian saya ‘diguncang’ oleh masalah tadi.

Awal Oktober kemarin saya memutuskan untuk keluar dari ‘penjara’ imaji saya, dan memutuskan untuk datang ke suatu event pengajian Islami yang biasa diadakan setiap minggu oleh warga Indonesia yang ada di Kuala Lumpur. Saat itu ada satu ayat dalam Al Quran yang disebutkan oleh sang penceramah yang menyadarkan saya akan kekeliruan selama ini.  

‘Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.’ (Surah Ali ‘Imran Ayat 186)  

“Karena Allah SWT sayang sama kita makanya Dia hadapkan kita dengan masalah dan cobaan”, begitu lanjut penceramah itu kembali.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda (yang artinya): Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kamu, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapat kemurkaanNya [9]”

Saat itu juga saya langsung lari menuju toilet kemudian nangis tersedu-sedu. Indiahe sekali yaa.. Eh tapi serius, ini tuh bukan sedih, tapi justru ada perasaan lega. Selama perjalanan pulang ke rumah tak henti-hentinya saya ngeliat ke atas langit sambil senyum-senyum sendiri, ‘Ya Allah nggak nyangka, ternyata semuanya cuma ujian karena Engkau sayang padaku. Tolong ya Allah, mudahkan jalannya supaya aku terbebas dari rasa tidak enak ini dan tolong lembutkan hati orang-orang yang tersakiti olehku –baik secara langsung maupun tidak langsung. Amin..‘

I swear, sejak hari itu masalah yang menjadi beban selama ini perlahan-lahan mulai terasa ringan. Orang-orang yang dulunya salah paham terhadap saya mulai mengontak saya lagi dan meminta maaf, kemudian suasana yang tadinya tidak enak jadi cair kembali. Satu persatu diperlihatkan prosesnya di depan mata. Susah untuk dideskripsikan, namun saya bersyukur terlepas dari rasa depresi dan tidak percaya diri. Selama ini saya menyakiti diri saya sendiri. Betapa bodohnya.
Saya mulai membuka diri. Saya temui mereka yang dulu sempat saya hindari. Menjalin silahturahmi kembali membuat keadaan menjadi lebih baik, bahkan saya mulai merasa gembira. Walaupun sesekali trauma masih singgah ketika saya dihadapi persoalan yang baru, tapi sekarang saya sudah tahu mau bersikap bagaimana. Saya tahu kepada siapa saya harus curhat dan meminta pertolongan.






Di akhir tahun 2017 ini, saya nggak akan mengucapkan ‘Selamat menyambut tahun baru’ or whatsoever. Saya ceritakan kisah ini murni hanya dengan tujuan untuk sharing pengalaman dan berbagi kebaikan. Siapa tau ada yang mengalami hal serupa –lebih kurangnya semoga bermanfaat dan semoga ada yang terinspirasi.

Terima kasih sudah membaca curhat akhir tahun 2017 saya yang super panjang ini ya.

Assalamualaikum wr wb,

          peace be upon you.




My Very First Job After Graduation

So, I had notes taken in August 2017. 


I am going to share you my story: experiences I went through during my very first work in Jakarta in 2016. I took notes last time –just so you know, I am no longer working there but I think it might still be worth telling. Whether later you’ll get inspired or fall asleep, here you go.



My very first job after graduation

Here I am landed in one media agency in the capital city of Indonesia. In the world that I’m living in, I was not familiar with the existence of ‘media agency’. And now I am working as a media planner. It started last September in 2016 when I came to one of this job-opening event held in Kuala Lumpur. I entered the room with my head full of thoughts of which table and company should I first come to. So I decided and came to this table. I then handed my CV as the person in charge during that day started to conduct the short interview session. It went well, except that I didn’t know how to answer what that company was about back then. But days after that, I got a call and informed that I got accepted to do the three-months internship with this agency.

What an experience! I didn’t fear anything back then as soon as I introduced myself to everyone in the room. Everyone seemed pretty busy and still, I didn’t get any single clues of what might happen to me after that.  Days passed by as I went through all the responsibilities and job desk, I realized I didn’t prepare myself enough to enter this job. I never actually majored in marketing or advertising, and it had been ages since I use Ms. Excel. I thought I will learn a lot about digital marketing but what I did back then was nothing more than technical works such as chopping the newspaper every morning (that was how one the colleagues kept teasing me about to describe the ads tracking activity). Another thing was to bring the wasted paper into the paper shredder machines or sometimes just typing out the notes that I wrote down during the meeting session with random vendors.

Aside from that, the job was pretty much related to media studies I learned at Universities. From all the confusion of those new things and deadline, works thrown with instruction but no guidance –I held myself back, inhaling, exhaling, and I came to the realization: Life before AND after University? They are two different things. I had no choice than to learn it by myself or ask people around whenever they’re not busy with work. Three months passed and slowly, it started to make sense to me, how the company evolves and how the work flows, and each of everyone’s responsibilities in the room.

In my last day, I got this empty feeling of not learning much about digital marketing and advertising, but I must admit, it’s a new world to me and such a short of time to get to know it makes me feel like losing.


Living in Jakarta for the first time

As I was still craving for the experiences, I decided to move out from Kuala Lumpur and apply to the same company, with its branch located in Jakarta. The feelings were still going on and off inside me, my brain couldn’t function enough the day I went to the office and met everyone. At that moment when I shake hands with them, I wasn’t so sure if this is what I actually want to do forever. But I know that I really want to learn and this company gives what I expect it from the start:  transfer of knowledge and connection. And it is something priceless and valuable. I mean, I could have just read all those books about advertising or any online references of media planning, but it never makes sense to me. I had to actually learn it by doing it.

In my case right this time, I am currently not only experiencing my very first workplace after graduation, but also am trying on living in the new environment. New city: Living in Jakarta alone for the first time. Aside from the traffic jam that keeps giving me headache day by day, adjusting myself to surroundings never felt this exciting. With the friendly people around –greet and guided me in between their little free time of the works, I could feel the warmth around this new family of mine. I feel grateful.


Working in beauty industry nowadays and #SocialMediaUse 

I used to think makeup is just one thing for women that need to cover their flaws, nothing more beyond that. I used to think we shouldn’t be bothered to talk much about it since beauty comes from the inside, remember? I was like: I bet there will not be much of things to say about makeup other than the variety of its colors and its function to colored the lips and cover the pimples. The thing that I didn’t know back then is, the beauty industry covers a lot of different topics. During the meeting, we always came up with the whole plan of how we promote and create awareness of the product existence to the market in so many ways I could never think of. It never occurred to me at first on how women think red lipstick can brighten their day, until I got involved in the team to create the idea itself and come up with a plan and strategy on how to plant it in the audience mind, by utilizing the social media and the influencers.

The role of social media influencers are so much important for the industry, with their communication to their own audience is so impactful and beneficial. For some of them, especially the makeup artists and the beauticians, I think they have the potential to create their own economy in a world where improving your appearance never seems to hit a recession. Interesting, right? What comes to your mind when you watch those beauty gurus on You Tube? Was it simply just because they look pretty -it entertained you? That’s one enough reason where the makeup and beauty industry fill in that confusing gap and get something out of this phenomenon. Well, this is not breaking news, but I guess not many people out there are aware of this fact, especially when the outcome is: they eventually go to the department store and buy the product.

The beauty field is filled with many chances to meet and work with fascinating people. I can see that from the past month I experiencing working with client and all agencies, most of them that choose a career in beauty come from a creative and artistic background. Makeup, skincare, hair, nails, are all areas that promote the creative process, and sharing my ideas during the meeting with all of them, it really takes my creativity to a whole new level. Or at least I could say that, I get inspired –in so many ways.

I used to judge people that involves within the beauty industry and how insignificant are those things in life. When it actually takes such long time and big efforts to come up with one plan just to launch one single product. It takes more than one creative ways to use the social media as the platform to influence the target audience in the market. As it is bad enough to know that a lot of people nowadays spend most of their days going on Instagram and browsing random things on You Tube, it is a good opportunity for them to do business, even great to advertise themselves with the free platform provided online. This reminds me of the topic of final year project that I did last year, to get to know how young adult female perceive the content of those video blogs. Whether the industry wins the heart of the audience and succeed to make them buy the product, the very important fact is that how media platform becomes a powerful thing to influence and control the decision of the market. Powerful enough to create the perception and control the decision of the market. Again, this is not new information.

In the other words, I learnt social media at this company. I learnt digital marketing and how good I am with pptx + Ms Excel at this company. I learnt how to get work done at this company. And most importantly, I learnt how not to judge a book by its cover here. 



So, should I start Vlogging?

After a long day at work I stayed up late into the night pondering the question ‘what would I like to do in life?’ The concept of Key Opinion Leader (KOLs), those who performed online and attracting lots of viewers has been around for a while. It brought my attention since long time ago by seeing those influencers that promoting the best beauty product to the audience. I embraced the idea immediately and since this plan has always been in my bucket list –to be someone that can inspire others, I decided that I want to be an influencer too. One of the near future resolutions this year is one to build my own channel on YouTube. I’ve always wanted to be on the camera and telling story to others, so that people in anywhere and anytime get informed and inspired by the stories that I tell. The other things I need to do before I die is to publish my own book, and to travel around the world and completing my mission to visit all continents.


And evidently, as Indonesian internet advertising market is showing the stronger growth from time to time, I think it is very smart for all of us to actually produce something instead of only consuming, by using the free online platforms to express yourself, creating awareness and positive impact on those potential audiences, and better –to make money out of it. Coz, why not?


Reminiscing : Remember This When You're on The Brink of Giving Up





Usually whenever I happened to be in a very calm state after experiencing one particular stressful situation, I felt so much relieved and looked around, spot one of this specific scenery that makes me realize everything happens for a reason and it all start making sense. It reminds me of why I even started in the first place and that I should hang in there until I reach that final point. So I always took a picture of it, and keep it stored in my photo album for forever. Whenever I go through one of those I can just stare at it and say to myself, ‘last time I  survived, so I will again’. 

Yeah, weird habit. But hey, even if its just a little thing in life it really adds up to everything ;) 
Im sure you all have one of this kind no?